1. Penonton Cari Perhatian
Tak bisa dipungkiri, sejak dulu kebiasaan nonton di bioskop merupakan ajang sosialisasi dengan teman-teman dan handai taulan. Seen and to be seen, demikian kata seorang rekan sosialite. Tak heran jika ada orang yang tampil maksimal dengan penampilan wah saat nonton di bioskop. Kalau bukan dengan busana yang bermerek mahal, dandanan menor atau aroma tubuh nan wangi. Tujuh kali tujuh sama dengan empat sembilan. Setuju tidak setuju yang penting penampilan. Dalam filmnya, Joko menggambarkan lewat perempuan yang bicara dengan volume suara keras.
2. Penonton Piknik
Siapa yang tidak sepakat jika bioskop adalah tempat tamasya? Terutama jika sedang ada pemutaran film anak-anak, banyak orangtua yang memboyong mereka nonton bersama. Penulis mengalami sendiri naik becak bersama adik-adik dan tetangga nonton film macam Ira Maya dan Kakek Ateng (tentu saja dibintangi Ira Maya Sopha dan almarhum Ateng) atau Anak-anak Tak Beribu (dibintangi kakak beradik Santi Sardi, Lukman Sardi dan Ajeng Triani Sardi). Sebuah piknik yang mellow lantaran film yang ditonton sungguh mengharukan.
3. Penonton Pacaran
Terserah mau dengan lain jenis ataupun sejenis. Bagi mereka yang berusia remaja, nonton bioskop adalah alasan ampuh untuk pergi dari rumah. Selanjutnya, lokasi wakuncar (so 80’s ya…) dipindahkan di tengah gelapnya bioskop. Bukan masalah pula, mau kelas atas atau kelas kambing, kelas AC atau kelas kipas angin. Yang penting bisa kencan. Taglinenya: film main, penonton main.
4. Penonton Pembajak
Tipe ini termasuk yang muncul belakangan. Teknologi baru melahirkan tipe penonton jenis ini. Dengan seperangkat kamera video mini, penonton pembajak merekam film dari awal sampai akhir. Maka tak heran, jika anda membeli VCD atau DVD bajakan berkualitas buruk, acapkali terdengar suara penonton ataupun bayangan tubuh penonton yang sedang melintas. Tentu saja tidak untuk ditiru, secara harga karcis bioskop jaringan 21 sudah murah sekali, paling murah kira-kira dua mangkok mie ayam.
5. Penonton Spoiler
”Nanti habis ini jagoannya ditembak, eh malah kena temannya”. Kalimat macam ini tentu saja sangat mengganggu kenikmatan saat menonton film. Maklumlah, umumnya penonton datang ke bioskop untuk mendapatkan cerita. Jadi jika ujungnya sudah diketahui buat apa lagi datang dan memelototi gambar. Biasanya penonton spoiler ini mereka yang sudah nonton film sebelumnya.
6. Penonton Kritikus Film
Kritikus film atau kritikus bukan ini-atau itu atau wartawan film terserah. Merekalah yang biasanya sibuk sendiri saat film diputar. Dengan bantuan penerangan dari ponsel mereka mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari film yang mereka tonton. Namun kini peran ponsel itu sudah tergantikan dengan perangkat gadget yang lebih canggih, entah PDA, communicator atau blackberry.
7. Penonton Ponsel
Penggunaan ponsel marak sejak satu dekade silam, tepatnya akhir 1990-an. Ketika masih jarang pemiliknya, wajar saja jika dia bersikap pamer dengan bicara keras-keras saat menjawab telepon. Sekalipun saat nonton di bioskop. Ternyata, perilaku kampungan ini masih juga belum hilang sama sekali. Sekalipun sudah dibuatkan himbauan larangan penggunaan ponsel saat film diputar, masih banyak yang lempeng aja tak perduli siapa yang di sebelahnya.
8. Penonton Tidur
Tipe penonton ini terbagi lagi atas ada dua macam. Pertama, sang penonton yang sudah kelelahan entah darimana hingga jatuh terlelap. Kedua, film yang ditonton sungguh membosankan hingga lebih baik tidur saja. Atau kata lainnya film itu dibuat khusus untuk mereka yang sulit tidur atau insomnia.
9. Penonton Telmi
”Kok jagoannya mati?”. Jika pertanyaan macam ini datang dari penonton sebelah kita, ini namanya malapetaka. Masih mending jika dia yang membayari karcis untuk nonton filmnya. Kata telmi alias telat mikir, bisa juga dari bahasa Inggris "tell me", atau ceritain lagi dong. Tentu saja sungguh bikin repot dan mengurangi kenikmatan nonton.
10. Penonton Perfeksionis
Konon penonton macam ini sungguh mengerti seluk-beluk film. Ciri-cirinya: selalu memelototi layar yang ada di depan matanya. Dia akan protes jika gambarnya tidak fokus, apalagi jika sampai rol yang belum datang-datang lantaran harus menunggu si Joni. Nah, jika ada yang teriak-teriak saat terjadi kondisi yang disebut belakangan boleh juga termasuk penonton perfeksionis.
Nah...anda termasuk tipe yang mana?